Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembentukan karakter dan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Dalam menghadapi dinamika globalisasi dan perkembangan zaman, perubahan paradigma pendidikan menjadi suatu keharusan untuk memastikan relevansi dan efektivitas proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang sedang ramai dibahas dalam konteks pendidikan adalah Pendekatan Disiplin Positif. Sebelum memahami lebih dalam mengenai konsep ini, penting untuk melihat latar belakang dan konteks di mana pendekatan ini muncul. Latar belakang adopsi Pendekatan Disiplin Positif di Indonesia dipengaruhi oleh Kebijakan Merdeka Belajar yang diperkenalkan oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui suasana belajar yang lebih menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik. Seiring dengan itu, perubahan dalam paradigma pendidikan juga menuntut adanya pendekatan yang lebih komprehensif dan ramah anak dalam membentuk pemikiran dan perilaku positif peserta didik. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang Pendekatan Disiplin Positif menjadi sangat relevan dalam konteks pendidikan saat ini.
Pendekatan Disiplin Positif muncul sebagai respons terhadap Kebijakan Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, yang bertujuan untuk memperbaiki arah dan sistem pendidikan di Indonesia. Program Merdeka Belajar menekankan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dengan menekankan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik. Hal ini direspon oleh kondisi pendidikan Indonesia yang memerlukan pendekatan komprehensif dan ramah anak untuk mengembangkan pemikiran dan perilaku positif peserta didik.
Pendekatan Disiplin Positif adalah pendekatan pendidikan yang berfokus pada mendidik dan membina peserta didik untuk membangun pemikiran dan perilaku positif. Tujuannya adalah agar peserta didik mampu mengontrol perilaku mereka sendiri berdasarkan pemahaman dan kesadaran, serta bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku mereka. Pendekatan ini bukan hanya tentang penerapan aturan dan hukuman, melainkan juga tentang memotivasi, merefleksikan kesalahan, menghargai, membangun logika, dan bersifat jangka panjang.
Pendekatan Disiplin Positif memiliki empat tujuan utama: menumbuhkan pemikiran dan perilaku positif peserta didik, meningkatkan kualitas layanan pendidikan yang ramah anak, menurunkan potensi kekerasan dan intoleransi di lingkungan sekolah, serta mengoptimalkan dukungan dari orang tua dan pemangku kepentingan sekolah. Manfaat dari penerapan pendekatan ini termasuk pertumbuhan sikap saling menghormati, kesadaran diri peserta didik, pembentukan sikap bertanggung jawab, peningkatan keterampilan hidup, serta penurunan potensi kekerasan dan perundungan.
Penerapan Pendekatan Disiplin Positif juga mendukung kualitas pembelajaran, kepemimpinan instruksional, iklim keamanan sekolah, dan iklim kebinekaan di sekolah. Pendekatan ini sejalan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang tidak hanya bersifat perintah dan hukuman, serta merupakan respons terhadap masa penjajahan di masa lalu. Meskipun pendekatan ini memberikan kebebasan kepada peserta didik, namun tetap ada pembatasan yang diberlakukan.