Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) mulai memasuki berbagai sektor di Indonesia—termasuk dunia pendidikan. Salah satu langkah besar yang sedang dibicarakan adalah penerapan AI dalam kurikulum sekolah dasar. Tapi, apa benar ini langkah yang tepat? Dan bagaimana dampaknya bagi pendidikan di tingkat dasar?
Melalui artikel ini, kita akan membahas keuntungan dan kerugian dari penerapan AI di sekolah dasar, serta bagaimana teknologi ini bisa memengaruhi masa depan pendidikan Indonesia.
Apa Itu AI dalam Kurikulum Sekolah Dasar?
AI atau Artificial Intelligence adalah teknologi yang memungkinkan komputer atau mesin untuk “belajar” dan mengambil keputusan seperti manusia. Dalam konteks kurikulum pendidikan, AI digunakan untuk mendukung proses belajar-mengajar, bukan menggantikan peran guru.
Di tingkat sekolah dasar, pengenalan AI biasanya berbentuk:
- Aplikasi pembelajaran adaptif
- Game edukatif berbasis AI
- Sistem penilaian otomatis
- Asisten belajar interaktif
Tujuan utamanya adalah membantu siswa belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan personal.
Manfaat Penerapan AI dalam Pendidikan Dasar
Mengintegrasikan AI ke dalam kurikulum SD di Indonesia memiliki sejumlah keuntungan, di antaranya:
1. Pembelajaran yang Lebih Personal
AI mampu menganalisis gaya belajar dan kemampuan tiap siswa. Ini memungkinkan materi disesuaikan agar lebih efektif dan tidak membuat siswa merasa tertinggal atau bosan.
2. Membantu Guru Lebih Fokus pada Pembinaan Karakter
Dengan bantuan AI dalam hal evaluasi dan penyusunan materi, guru bisa lebih fokus pada aspek pembinaan karakter, kreativitas, dan interaksi sosial siswa.
3. Meningkatkan Literasi Digital Sejak Dini
Mengenalkan AI di usia dini juga mendukung literasi digital siswa, yang menjadi modal penting untuk menghadapi dunia kerja masa depan yang makin digital.
Tantangan Penerapan AI di Sekolah Dasar
Namun, di balik semua potensi positifnya, ada beberapa tantangan serius yang harus diperhatikan:
1. Ketimpangan Akses Teknologi
Tidak semua sekolah, terutama di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal), memiliki infrastruktur memadai. Tanpa dukungan internet stabil dan perangkat digital, AI bisa menjadi sumber kesenjangan baru dalam pendidikan.
2. Kurangnya Pelatihan Guru
Untuk mengintegrasikan AI secara efektif, guru perlu dilatih agar bisa menggunakan teknologi dengan baik. Tanpa pelatihan, AI hanya akan menjadi fitur yang tidak dimanfaatkan maksimal.
3. Risiko Ketergantungan Teknologi
Terlalu sering menggunakan perangkat berbasis AI bisa mengurangi interaksi sosial anak dan membatasi pengalaman belajar di dunia nyata, yang tak kalah pentingnya.
Penutup: AI sebagai Mitra, Bukan Pengganti
Menghadirkan AI dalam kurikulum sekolah dasar di Indonesia adalah langkah maju yang menjanjikan, asalkan dilakukan dengan perencanaan yang matang. Pemerataan infrastruktur, pelatihan guru, dan pendekatan pedagogis yang seimbang menjadi kunci keberhasilan integrasi ini.
AI seharusnya menjadi mitra guru dalam mendidik anak-anak Indonesia—bukan sebagai pengganti, melainkan sebagai alat bantu untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya, adaptif, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Jika Anda adalah guru, orang tua, atau pemerhati pendidikan, bagaimana menurut Anda? Apakah teknologi seperti AI sudah saatnya hadir di ruang kelas anak-anak kita?
Berikut kami share Naskah Pembelajaran Koding dan AI dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia :

