Pengembangan kurikulum di perguruan tinggi adalah tantangan yang kompleks bagi civitas akademika. Kurikulum yang efektif membantu membentuk sumber daya manusia (SDM) yang siap menghadapi tuntutan industri.
Outcome Based Education (OBE) menjadi sorotan sebagai kurikulum baru di perguruan tinggi. Apa sebenarnya OBE dan bagaimana perbedaannya dengan kurikulum lama?
Apa Itu Kurikulum OBE?
Outcome Based Education (OBE) adalah kurikulum yang fokus pada hasil yang dicapai oleh mahasiswa di akhir masa perkuliahan. Bukan hanya materi yang diajarkan di kelas, tetapi juga bagaimana lulusan dipersiapkan untuk menghadapi dunia kerja.
Implementasi OBE berarti perguruan tinggi mendukung kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang bertujuan untuk memproyeksikan lulusan yang mampu bersaing secara global.
Mengapa Perguruan Tinggi Menggunakan Kurikulum OBE?
Perkembangan teknologi yang pesat menciptakan kesenjangan dalam dunia pendidikan. Lulusan harus adaptif terhadap kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang.
Kurikulum OBE dirancang untuk menjembatani kesenjangan ini dengan memastikan lulusan memiliki keterampilan yang relevan. Kurikulum ini menciptakan lulusan yang siap menghadapi tantangan industri dan memiliki daya saing yang tinggi.
Apa Bedanya Kurikulum OBE dan Kurikulum Lama?
Sebelum OBE, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah standar yang digunakan. Meski mirip, OBE dan KKNI memiliki perberdaan penting. Perbedaan utamanya alah adaptabilitas kurikulum.
Perbedaan ini terlihat dalam proses belajar mengajar. Pada kurikulum lama, dosen menyiapkan seluruh materi sebelum kelas dimulai.
Namun, dengan OBE, dosen lebih fokus pada kompetensi mahasiswa dan menyesuaikan materi serta metode pengajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Sehingga, lulusan siap dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
Dengan kata lain, OBE adalah evolusi dari kurikulum KKNI.
Evaluasi Kurikulum OBE
Terdapat tiga poin utama yang dievaluasi dalam kurikulum OBE:
1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) atau Course Outcome
Evaluasi ini mengukur kompetensi yang diperoleh mahasiswa setelah menyelesaikan suatu mata kuliah.
Proses evaluasi bisa dilakukan setiap akhir semester (UAS), tengah semester (UTS), atau setelah pembahasan materi selesai. Idealnya, evaluasi dilakukan setelah semester berakhir untuk mengukur CPL akhir mahasiswa.
2. Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) atau Program Outcome
Evaluasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menyiapkan data kompetensi yang dicapai saat mahasiswa lulus.
Transkrip CPL tidak hanya berisi mata kuliah yang dipelajari, tetapi juga kemampuan lulusan, disertai laporan visual, seperti spider chart untuk menyajikan data secara informatif.
3. Program Educational Objective (PEOs)
Evaluasi ini dilakukan beberapa tahun setelah lulus untuk menilai kompetensi lulusan dalam karier dan kehidupan.
Evaluasi pada tahun pertama digunakan untuk penilaian Indikator Kinerja Utama (IKU), tahun kedua untuk tracer study, dan empat hingga lima tahun untuk evaluasi kurikulum.
Kurikulum OBE memiliki hubungan erat dengan kurikulum KKNI, namun lebih berfokus pada capaian lulusan. OBE mendukung kebijakan program MBKM dan dirancang untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan industri dengan keterampilan yang relevan.
Perguruan tinggi yang mengimplementasikan OBE dapat meningkatkan kualitas lulusan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan reputasi dan daya saing perguruan tinggi itu sendiri.
Dengan adaptabilitas dan fokus pada hasil, kurikulum OBE memastikan bahwa lulusan memiliki kompetensi yang diakui dan dibutuhkan oleh dunia kerja. Ini membuat OBE menjadi langkah penting dalam transformasi pendidikan tinggi di Indonesia.
Penulis: Bunga Melssa Maurelia