Pendidikan sering diartikan sebagai upaya manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Secara sederhana, pendidikan mencakup segala pengalaman belajar yang berlangsung sepanjang hidup. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, termasuk kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sistem pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi kecerdasan bangsa, yang tanpa pendidikan, tidak akan berkembang secara optimal. UU tersebut menekankan tiga kata kunci: “kecerdasan”, “kreatif”, dan “demokratis”, yang salah satunya dapat diajarkan melalui pendidikan seni.
Sekolah juga harus mengikuti perkembangan zaman sambil tetap menjaga sejarah dan kebudayaan sebagai landasan pendidikan. Pendidikan seni, yang menjadi bagian dari kurikulum sekolah, bertujuan memberikan pengalaman estetik melalui kegiatan ekspresi, kreasi, dan apresiasi seni. Ini diharapkan membantu peserta didik mengembangkan fisik dan psikis secara seimbang.
Konsep pendidikan seni diarahkan untuk membentuk manusia yang ideal dengan menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik, sehingga terbentuk sikap kritis, kreatif, sadar budaya, dan peka rasa. Melalui berbagai aktivitas seni, baik di dalam maupun di luar kelas, siswa dilibatkan dalam kegiatan yang melibatkan fisik dan cita rasa keindahan, seperti seni rupa, musik, tari, dan teater. Pendidikan seni melibatkan eksplorasi dan eksperimen dalam mengolah gagasan, bentuk, dan media, baik dalam kegiatan individual maupun kelompok. Hal ini mendukung pengembangan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa.
Pendidikan seni berlandaskan pada filsafat Progresivisme, yang berfokus pada perubahan dan pengembangan strategi pemecahan masalah untuk mengatasi tantangan masa depan. Filsafat ini menganggap pendidikan sebagai transisi budaya yang mampu membina kebudayaan baru dan menyelamatkan manusia di masa depan. Berbeda dengan Progresivisme, filsafat pendidikan Esensialisme menekankan pada esensi ilmu pengetahuan dan pembangunan karakter siswa melalui kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran inti