AI atau Artificial Intelligence belakangan sudah menjadi topik umum. Dampak dari AI ini juga dirasakan di berbagai sektor, seperti layanan kesehatan, keuangan, ritel, manufaktur, pemasaran, hingga pendidikan. Meskipun pada awalnya muncul keraguan di kalangan masyarakat, AI telah berhasil tertanam kuat dalam kehidupan kita, menjanjikan perubahan transformatif yang akan terus berkembang.
Salah satu kekhawatiran paling signifikan seputar AI ialah potensinya untuk mengotomatisasi tugas-tugas yang saat ini dilakukan oleh manusia, sehingga memicu kekhawatiran akan perpindahan pekerjaan. Khususnya di bidang pendidikan, terdapat anggapan luas bahwa teknologi yang didukung AI dapat menggantikan tenaga pendidik, sehingga melemahkan interaksi manusia yang merupakan komponen penting di ruang kelas.
Namun belajar dari masa lalu, bahwa rasa takut sering kali menyertai munculnya inovasi-inovasi inovatif. Listrik, mesin cetak, bahkan mobil awalnya menghadapi skeptisisme dari masyarakat masa lalu, namun pada akhirnya mendorong kemajuan hingga saat ini.
Perlu dicatat bahwa dengan integrasi dan pengawasan yang cermat, AI dapat melengkapi sistem yang sudah ada. Pendekatan ini mendorong inovasi dan meningkatkan efisiensi di berbagai industri, termasuk pendidikan, di mana AI menghadirkan peluang yang sangat besar, terutama dalam memberikan pengalaman pembelajaran yang dipersonalisasi bersama dengan metode pengajaran tradisional.
Dengan memanfaatkan teknik pembelajaran adaptif, algoritme canggih, dan analisis data, alat pembelajaran berbasis AI, kita dapat menyesuaikan pengalaman pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan, preferensi, dan kemampuan unik setiap pelajar. Contohnya jika seorang siswa kesulitan dengan topik tertentu, AI dapat memberikan penjelasan tambahan, latihan, dan sumber belajar alternatif hingga penguasaannya tercapai.
AI juga memungkinkan menyederhanakan tugas bagi tenaga pengajar dengan mengotomatiskan penilaian tes dan latihan, memungkinkan mereka fokus pada penilaian kinerja siswa secara keseluruhan dan memberikan intervensi yang ditargetkan.
Teknologi berbasis AI juga dapat menawarkan wawasan data berharga yang membantu pendidik mengidentifikasi tren dan area yang perlu ditingkatkan. Misalnya, jika suatu kelas secara konsisten mendapat nilai di bawah rata-rata dalam penilaian suatu topik tertentu, AI dapat menunjukkan data tersebut sebagai petunjuk bahwa metode pengajaran memerlukan penyesuaian, atau mungkin kompleksitas topik melebihi tingkat pemahaman siswa. Dengan adanya analisis data otomatis ini, pengajar dapat mengambil tindakan yang tepat dengan memodifikasi pendekatan pengajarannya.
Namun, meski integrasi AI ke dalam pendidikan memiliki banyak sekali manfaat, tetap memiliki banyak tantangan di dalamnya. Banyak sekolah kekurangan sumber daya dan infrastruktur yang diperlukan untuk menerapkan teknologi AI, sehingga berpotensi berkontribusi terhadap kesenjangan digital.
Masalah privasi dan keamanan data juga menjadi perhatian utama terkait AI di bidang pendidikan. Sistem AI sering kali mengandalkan pengumpulan dan analisis data siswa dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang akses tidak sah atau penyalahgunaan. Oleh karena itu, sekolah harus menetapkan kebijakan penanganan data yang jelas dan mendapatkan persetujuan dari siswa dan orang tua terkait penggunaan data. Sekolah juga harus memastikan kepatuhan terhadap undang-undang data dan privasi yang memastikan penanganan data yang etis pada big data.
Selain itu, mengintegrasikan AI ke dalam pengajaran di kelas mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan baru dan menyesuaikan praktik pengajaran mereka. Tanpa pelatihan dan dukungan yang memadai, pendidik mungkin menghadapi tantangan dalam memanfaatkan teknologi AI secara efektif untuk meningkatkan pengalaman belajar. Oleh karena itu, institusi akademis harus memberikan program pengembangan profesional yang komprehensif dan dukungan berkelanjutan kepada para guru untuk membangun kapasitas mereka dalam menggunakan alat AI agar integrasinya berhasil ke dalam strategi pengajaran mereka.