Para pecinta kuliner saat ini berupaya dalam menciptakan pengalaman kuliner yang baru serta menggabungkan hasrat mereka dalam memasak. Dalam mewujudkan aspirasi mereka ini, diperlukan model pendidikan yang menggabungkan keterampilan kuliner dengan penerapan bisnis dunia nyata. Pengetahuan teoretis meskipun hanya bersifat mendasar pun tetap harus dilengkapi dengan pengalaman praktis. Model pendidikan kuliner ini tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga membenamkan siswa dalam inti bisnis F&B.
Inti dari paradigma pendidikan baru ini adalah laboratorium inovasi dan kewirausahaan. Bukan hanya sekadar ruang kelas, melainkan tempat berkembangnya kreativitas dan ketajaman bisnis. Di sini, pelajar membuat konsep dan mengembangkan usaha kuliner mereka, menerima bimbingan dan berhubungan dengan calon investor. Model pendidikan kuliner ini dapat menjadi tempat di mana ide bertemu dengan peluang.
Agar pendidikan kuliner dapat mengimbangi revolusi F&B, pendidikan kuliner harus mencerminkan dinamisme pasar. Institusi-institusi yang melakukan lompatan ini sudah membuat kemajuan. Kita membutuhkan lebih banyak inovator dan wirausaha yang dapat memimpin dan menginspirasi dunia kuliner yang terus berkembang.
Dalam konteks ini, peran pendidikan kuliner menjadi sangat penting. Pada tahun 2030, seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpenghasilan lebih tinggi, preferensi kuliner mereka akan berubah, tidak hanya mencari kualitas dan variasi tetapi juga inovasi dan keberlanjutan. Permintaan terhadap profesional kuliner yang dapat memenuhi selera canggih ini akan meroket.
Untuk memenuhi permintaan ini, institusi kuliner harus berevolusi untuk menciptakan koki yang berwirausaha, inovatif, dan mahir dalam seni memasak dan ilmu bisnis serta dapat mengarahkan industri menuju masa depan yang ditandai dengan kreativitas, keberlanjutan, dan pengakuan global.