Pembelajaran berdiferensiasi kini menjadi topik hangat di dunia pendidikan, meskipun sebenarnya konsep ini bukanlah hal baru. Banyak media telah membahasnya karena pembelajaran berdiferensiasi sangat mendukung kebutuhan siswa dan sejalan dengan paradigma pembelajaran baru yang sedang diterapkan saat ini. Pembelajaran berdiferensiasi memiliki beberapa ciri khas, seperti lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk aktif, kurikulum dengan tujuan yang jelas, penilaian berkelanjutan, guru yang responsif terhadap kebutuhan belajar siswa, serta manajemen kelas yang efektif. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru menggunakan berbagai metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk memahami kurikulum dengan lebih baik.
Guru juga menyediakan berbagai aktivitas yang membantu siswa dalam menguasai informasi atau konsep serta memberikan pilihan berbeda kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Sebaliknya, kelas yang tidak menerapkan pembelajaran berdiferensiasi seringkali melihat guru yang lebih banyak mendikte, kurang memahami minat dan keinginan siswa, serta tidak menyediakan berbagai aktivitas dan pilihan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Meskipun memiliki dampak positif yang signifikan bagi siswa, termasuk memicu kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan minat serta bakat siswa, pembelajaran berdiferensiasi menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Tantangan-tantangan tersebut meliputi penyesuaian terhadap kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda, keterbatasan sumber daya seperti waktu, ruang, dan bahan ajar, kurikulum yang kaku, kesulitan dalam penilaian dan evaluasi yang adil, keterampilan manajemen kelas yang efektif, serta tantangan psikologis yang mungkin dialami siswa. Untuk mengatasi kendala ini, guru perlu memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan belajar siswa dan mengembangkan strategi yang efektif untuk desain, implementasi, dan evaluasi pembelajaran berdiferensiasi. Kolaborasi dengan guru lain dan administrator sekolah, serta pencarian sumber daya tambahan, juga sangat membantu.
Guru harus mendukung siswa sesuai dengan kebutuhan individual mereka, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang unik dan tidak bisa diperlakukan sama. Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek utama: kemauan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa, yang bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survei. Berdasarkan hasil survei ini, guru harus mendesain pembelajaran yang menawarkan pilihan strategi, materi, dan metode yang beragam. Evaluasi dan refleksi atas apa yang telah dipelajari sangat penting untuk menentukan langkah selanjutnya.
Saat ini, pembelajaran berdiferensiasi menjadi pilihan terbaik bagi banyak sekolah di Indonesia. Namun, kenyataannya, sekolah-sekolah yang kekurangan sumber daya mengalami kesulitan dalam menerapkannya. Oleh karena itu, tidak semua sekolah dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pemerintah perlu meratakan distribusi sumber daya alam dan manusia untuk memfasilitasi penerapan pembelajaran berdiferensiasi di seluruh sekolah. Perkembangan pendidikan harus seimbang dengan kemajuan teknologi serta pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang memadai.